Diberdayakan oleh Blogger.

Cinta Tersembunyi

Tangis seorang perempuan meledak. Aisyah namanya. Suaminya meninggal enam jam yang lalu,sekitar pukul 07.00 pagi. Sedangkan sekarang jarum jam menunjuk pukul 13.00. Suaminya meninggal mendadak karena serangan jantung. Sakit itu di deritanya selama dua tahun. Aisyah merasa tak mau hidup lagi. Kehidupan mewah serta banyak uang terasa tak berarti. Rumah bertingkat empat paling mewah di dalam satu desa terasa runtuh,tak berarti baginya. Orang yang paling di cintai telah tiada,meninggalkan seorang putri yang masih bayi.

Aisyah semakin bersedih.Sampai sekarang,satu orang pun belum datang untuk melayat jenazah.Bahkan tetangga samping rumah belum muncul,tapi suaranya terdengar keras di dalam rumah.Kematian suaminya sudah di kabarkan sekitar lima jam yang lalu.Suara dari speaker masjid terdengar di segala penjuru desa,mengabarkan berita kematian suaminya.

Aktifitas masyarakat berjalan seperti biasa.Banyak petani pergi ke sawah.Mereka membajak sawah di temani burung-burung bangau yang terbang mengitari sawah.Sementara para pedagang sedang sibuk menjajakan barang dagangan.Para pengunjung masih melihat-lihat barang yang di tawarkan.Pasar dekat rumah Aisyah itu ramai oleh gemuruh orang.Gemuruh mereka seakan memecah keheningan siang.
Salah seorang pedagang bertanya pada seorang pembeli  ‘’ Apa kau tidak pergi melayat Rahman,orang terkaya di desa kita itu ? ‘’.
‘’ Aku tak sudi melayat jenazah manusia bakhil itu.Ia tak pernah menginfakkan hartanya di jalan Allah. Padahal Ia manusia kaya raya. Sebaliknya,KH.Mujahid selalu membantu kita.Meskipun kehidupan beliau sederhana,beliau rela menginfakkan harta untuk pembangunan Masjid Ar Rahman. Beliau juga membiayai pembangunan jalan raya desa kita,bahkan turut terjun langsung membantu para pekerja.Beliau juga selalu berkurban dan mengeluarkan zakat pada orang-orang miskin. Beliau tipe orang terbuka pada siapa saja. Beliau suka memancarkan senyum pada orang. Bicara beliau halus dan terdengar enak di telinga. Sebaliknya,Rahmad si manusia bakhil itu tak pernah peduli tentang kondisi desa. Ia sudah melihat jelas jalan raya desa kita rusak,Ia malah diam. Lalu Ia sering pergi ke berbagai tempat untuk menghamburkan uang.Ia tipe orang tertutup,tak suka bergaul,dan tak di sukai oleh tetangganya ‘’ jawab pembeli.

Pedagang itu merespon,
‘’ Benar sekali apa yang kau katakan.Ia manusia bakhil di zaman modern. Aku tak mau malayat jenazahnya.Ia mungkin bisa di samakan dengan Qarun.Qarun di abad modern ‘’.
                                                          
Sesaat kemudian seorang laki-laki setengah baya menghampiri mereka berdua.Ia mengucapkan salam. Jawaban salam pun di lantunkan oleh mereka berdua. Lalu mereka berdua menoleh ke arah asal suara. Tampak di pelupuk mata mereka sosok laki-laki anggun. Ia memakai jubah putih memanjang sampai paha serta sarung biru sampai pergelangan mata kaki. Kopiah putih bundar menjadi penutup kepala.Ia memakai kaca mata hitam.Sajadah hijau di taruh di pundak kanan. Kulitnya sawo matang. Postur tubuhnya kurang subur. Ia memiki jenggot panjang sampai dada dan berkumis. Rambutnya sedikit beruban. Ia berjalan agak sedikit membungkuk.
‘’ E...Pak kyai Mujahid..Apa kabar Pak Kyai ? ‘’ tanya pembeli itu.
‘’ Alhamdulillah...baik.Ayo kita pergi ke rumah Rahmad untuk melayat jenazahnya ‘’.
Pedagang meminta ijin pada KH.Mujahid untuk pergi ke kamar kecil. Sementara pembeli terdiam sambil menundukkan kepala. Dalam lubuk hatinya,Ia menolak ajakan kyai itu. Tapi Ia tak mungkin mengatakan dalam bentuk ucapan. Ia takut menyakiti hati pak kyai.
‘’ Kenapa kau terdiam,Hisyam ? ‘’ tanya pak kyai pada pembeli itu.
Ia kembali terdiam.Lalu pak kyai kembali berkata,
‘’ Melayat jenazah,memandikan,mensholati,ikut mengiringi ke tempat kubur,merupakan salah satu kewajiban seorang muslim dengan muslim lain. Kau tahu kan Rahmad seorang muslim. Dan sekarang Ia sudah meninggal. Mari kita layat jenazahnya.’’
Dengan nada rendah sambil menunduk,Hisyam berkata,
‘’Maaf pak kyai hari ini saya harus ke rumah sakit untuk menemui anak saya yang terbaring sakit di sana ‘’.
Kemudian Ia berjalan meninggalkan pak kyai dengan membawa perasaan bersalah. Ia telah membohongi pak kyai demi tidak ikut melayat jenazah Rahmad.Sambil berjalan,Ia menetaskan air mata.Ia telah mengecewakan pak kyai. Perasaan berdosa juga muncul.

KH.Mujahid berjalan menuju rumah Rahmad. Setiap kali Ia berjumpa dengan orang,Ia mengajaknya untuk pergi melayat jenazah Rahmad. Tapi mereka selalu mencari alasan untuk menolak. Ketika Ia melihat kerumunan orang sedang mengumpul di teras depan salah seorang dri mereka. Pak kyai menyapa mereka,
‘’ Hai saudara sekalian..mari kita pergi ke rumah almarhum Rahmad Yuk ? ‘’
Semuanya terdiam.Lalu mereka berdiri dan berjalan meninggalkan pak kyai.Sebagian dari mereka menolak ajakan pak kyai dengan berbagai alasan.
‘’ Maaf pak kyai..saya harus menjaga toko saya..banyak urusan yang harus di selesaikan ‘’.
Sebagian berkata ‘’ Maaf pak kyai..saya ada undangan pernikahan saudara di luar kota ‘’.
Sebagian lagi berkata ‘’ Maaf pak kyai...saya lagi tidak enak badan..kehujanan semalam ‘’.
                                                             
Pak kyai sangat kecewa dengan sikap mereka. Ia berjalan menuju rumah almarhum Rahmad. Ia pun sampai di depan pintu gerbangnya. Pintu gerbang menjulang tinggi. Kemudian seorang security membuka gerbang. Rumah mewah tampak di pelupuk mata. Rumah besar beringkat empat. Dinding berwarna putih secara keseluruhan. Di hiasi ukiran-ukiran kayu pada jendela dan pintu. Di sekeliling rumah,rerumputan hijau tumbuh subur. Di hiasi kolam ikan hias yang memanjakan mata. Bunga mawar dan melati menambah elok suasana. KH.Mujahid sangat terpesona oleh keindahan rumah itu.
Pak kyai mengetuk pintu.Pintu terbuka. Tampak seorang perempuan muda sedang melelehkan air mata. Pak kyai semakin iba padanya.
‘’ Aisyah,apa aku harus menceritakan kejadian sebenarnya pada orang-orang ? ‘’.
‘’ Saya rasa harus begitu,Pak kyai ‘’.
‘’ Ya aku harus lakukan..semoga ini menjadi kebaikan bagi kita semua. ‘’
Pak kyai bersama Aisyah pergi ke Masjid Ar Rahman.Kemudian pak kyai menuruh takmir masjid untuk mengumpulkan semua warga desa di masjid melalui speaker. Takmir masjid segera melaksanakan perintah. Seluruh orang terkaget mendengar suara panggilan atas nama pak kyai. Sedangkan sebagian dari mereka sedang meladang di sawah. Sebagian dari mereka sedang sibuk berjualan di pasar.Seluruh orang sedang sibuk melakukan aktifitas masing-masing.
Tak ingin durhaka pada ulama,mereka bergegas menuju ke masjid. Pak kyai mungkin ingin memberikan tausiyah pengganti malam dan beliau ada udzur nanti malam.Pikir mereka.
Masjid Ar Rahman di penuhi banyak orang. Lantai pertama di duduki laki-laki secara keseluruhan. Lantai dua di duduki perempuan secara keseluruhan. Pak kyai Haji Mujahid berdiri lalu naik mimbar. Tangannya memegang microphone. Ia mengambil napas dalam-dalam,lalu di keluarkan secara perlahan. Ia mengucapkan salam. Hanya berselang satu detik,gemuruh salam terdengar dari para jamaah.

‘’ Saudaraku sekalian ,satu iman,satu bangsa,yang di rahmati oleh Allah ta’ala. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah ta’ala. Kita tentu tahu bahwa seorang muslim dengan muslim lain itu bersaudara. Hendaknya kita memenuhi hak saudara kita. Saya akan menceritakan kejadian sebenarnya. Kejadian sebenar-benarnya. Dan semoga Anda sekalian percaya.’’

‘’ Kita tahu masjid megah ini berdiri sudah dua tahun. Dan tanah wakaf masjid ini tercatat sebagai tanah yang saya wakafkan. Kemudian beaya pembangunan masjid terhitung lima puluh persen dari anda sekalian dan lima puluh persen dari saya. Setelah itu jalan raya kita yang sudah memburuk tiba-tiba ada seorang yang mendanai pembangunan. Dan tercatat sebagai donatur ialah kyai Mujahid. Selanjutnya bantuan yang terus mengalir berupa kebutuhan pokok sering kita terima. Dan pengelola  keuangan masjid tercatat sebagai donatur. Belum lagi bantuan-bantuan lain seperti hewan qurban,zakat,dan obat-obatan.Semua tercatat lengkap ‘’.

‘’ Tapi saudaraku sekalian. Donatur-donatur yang tercatat itu sebenarnya tidak tepat.Semua pembeayaan pembangunan dan bantuan yang saya sebutkan di danai oleh satu orang.Orang itu sangat baik. Bicaranya lembut. Ia sangat peduli dengan sesama. Ketika ada suatu masalah, Ia berusaha atasi secara diam-diam. Karena Ia tak ingin amalannya terbuang sia-sia. Ia ingin amalannya hanya di ketahui oleh pencipta kita semua. Karena Ia mencintai Nya juga mencintai kita. Ia mencintai Pencita Nya dengan cara beramal sholeh secara diam-diam. Supaya pencipta Nya ridho padanya.Cinta orang itu begitu dalam pada kita. Bahkan ketika masalah kecil di desa kita hadir, Ia begitu keras memikirkan pemecahan masalah. Ia tak ingin cintanya pada kita di ketahui oleh kita. Supaya ujub, pamer, dan sifat buruk yang dapat merusak amal tidak hadir. Karena Ia lebih mencintai pencipta Nya dari pada kita. Ia memiliki cinta yang begitu besar,yang tersembunyi sehingga menumbuhkan kepedulian tinggi pada kita. Ia jarang berkumpul dengan kita karena masalah-masalah bisnisnya berdatangan di luar kota. Ia takut tak bisa memberikan sesuatu yang terbaik pada kita. Salah satunya dengan cara mengeluarkan pundi-pundi rupiah yang di miliki pada kita.’’

‘’ Ia menemui saya untuk membantu menyelesaikan permasalahan desa yang tak kunjung selesai. Jembatan ambruk,jalan rusak,masjid yang belun di bangun,dan berbagai permasalahan lain. Ia mengeluarkan setengah dari hartanya pada saya untuk di gunakan sebagai pemecahan masalah. Dan Ia tidak mau donatur di atas namakan dirinya supaya hanya saya,dia,dan istrinya yang tahu.Ia takut amalannya menjadi riya. Dengan berat hati saya mengatas namakan diri sebagai donatur. Dan amanah itu saya pegang mungkin hanya sampai sekarang. Saya melihat kondisi yang harus di ceritakan dengan sebenar-benarnya.Saya mengambil mashlahat dari situasi sekarang ‘’

‘’ Dan tahukah anda sekalian siapakah orang itu. Orang yang hatinya baik. Orang yang suka menolong,baik dalam keadaan senang maupun susah. Orang yang solidaritasnya sangat tinggi terhadap sesama. Siapakah dia,saudaraku sekalian? Apakah Anda tahu. Dia telah meninggalkan dunia ini. Dia orang terkaya di desa kita.Namanya Rahmad.’’

Seluruh jamaah terkaget.Lalu mereka menundukkan kepala sambil menutup mata. Sebagian dari mereka menangis sambil menutup wajah dengan tangan.

Pak kyai kembali berkata,
‘’ Mari kita semua menuju rumah beliau. Kita laksanakan kewajiban kita sebagai sesama muslim. Kita mandikan jenazah beliau, lalu kafani, kemudian sholatkan, dan terakhir kita iringi jenazah sampai kubur ‘’

Setelah mengucapkan salam,KH.Mujahid turun mimbar. Lalu Ia berjalan bersama para jamaah menuju rumah jenazah. Istri almarhum tak kuasa membendung air matanya.


Story By Nalis
                                                                                       
  
Share this article :
Print PDF
 
Support : Nalis Theme | Nalis Design | Nalis Website
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ichwan Navis - All Rights Reserved
mastemplate
Distributed By Blogger Templates | Design By Creating Website