Menurut kamus Bahasa Indonesia, Gila
secara Bahasa adalah berlawanan arah dari hal lumrah. Dan itu aneh di mata rata
rata orang. Gila secara Bahasa bukan berarti hilang akal sepenuhnya. Gila
secara Bahasa mencakup mencakup pemikiran pemikiran edan yang bisa menghasilkan
hasil yang di luar nalar, bahkan sangat dahsyat.
Nah, beda lagi gila secara istilah.
Inti gila secara istilah yaitu orang orang kurang beruntung yang kehilangan
akalnya akibat banyak alasan, di antaranya stress berat, depresi berat, atau
kecelakaan yang menjurus ke otaknya.
Bisa dipahami urgensi perbedaan
keduanya sangatlah kentara. Untuk itu, saya membahas gila yang secara Bahasa,
yaitu berlawanan arah dengan pandangan lumrah rata rata orang. Artinya semua
berjalan ke arah kanan, dia sendiri berjalan ke kiri, dan perbuatan berlawanan
lain. Selama itu positif, maka bisa dicoba asal masih dalam batas kewajaran
seperti tidak keluar dari norma agama dan Negara.
Sebenarnya inti trik itu adalah
membuat semuanya simpel. Dalam artian tidak dilebih lebihkan, berani,
pemberani, membuat semuanya bergembira, termasuk dalam kondisi sedih pun. Maka jika
orang lain tidak berani, dia berani. Jika orang lain tertimpa cobaan bersedih,
maka dia malah bergembira. Kesedihannya yang ditutupi kegembiraan itu membuat
alam semesta bergembira.
Mari Kita aplikasikan contohnya dan
selamat menikmati.
Suatu hari ada 2 orang berbeda di
tempat berbeda sedang ditimpa kemalangan. Dompet yang berisi uang ratusan juta
( dalam ATM ) hilang. Bukan hanya itu, ponsel seharga selangit juga ikut
menghilang.
Orang pertama, Dia mencari dan sudah
lapor polisi, tapi tiada kunjung ketemu.
Dia pun pulang ke rumah dengan penuh
rasa frustasi. Sesaat di rumah, ditanya istrinya
“ Pa, udah pulang “
Dia emosi lalu membentak,” Diam kamu
! Pikiranku kacau ! “
Lalu dia masuk kamar, anaknya pun
berlari ke arahnya
“ Pa, oleh olehnya mana ?”
Dia juga naik pitam. Dia tendang
anaknya karena terlalu terguncang pikir. Anaknya pun bersedih.
Lengkap sudah penderitaanya, dompet
dan handphone tidak ketemu. Lalu dia menhancurkan hati orang orang yang
mencintainya. Padahal sangat sulit mengembalikan hati yang merapuh.
Sementara orang kedua, walaupun
dompet dan handphone hilang, dia tetap ceria seperti sedia kala. Bukan karena
putus asa, tapi dia sudah kerahkan segala cara. Dia tetap ceria. Bahkan dia
berjoget joget sambil berjalan ke rumahnya.
Istrinya membuka pintu. Betapa mata
terkejut, istrinya melihat sang suami berjoget joget di bibir pintu.
“ Papa, apa yang papa lakukan ?” Tanya
sang istri keheranan.
Sang suami menjawab penuh keceriaan,
“ Lho ini keberuntungan. Gimana tidak
keberuntungan, lihat papa joget joget. Keberuntungan karena dompet dan
handphone papa hilang, Ma. Mana anak kita, papa sudah sediakan hadiah untuknya.
Akan kucium anak kita itu.”
Istrinya pun bingung. Dalam bayangannya,
kenapa suaminya tidak bersedih malah joget joget gembira.
“ Waras po rak bojoku iki,” katanya
dalam batin.
Orang pertama rugi berkali kali. Setelah
dompet dan handphonenya hilang, dia menyakiti hati istri dan anaknya, yang mana
tidak bisa diganti. Jika benda pecah atau hilang, masih banyak penggantinya di toko
atau di mana pun. Tapi jikalau hati, tidak akan gantinya.
Sedangkan orang kedua, walaupun dia
rugi, dia tetap membuat semuanya ceria. Apalagi di depannya adalah amanah Allah
yang mana menjadi tanggungan si suami yaitu anak dan istri.
Dia percaya ketidakberuntungan
adalah suatu pertanda datang keberuntungan. Dan lebih edan lagi, dia mengira
kemalangan itu adalah keberuntungan baginya.
Bagaimana menurut Anda ?
Ketidakberuntungan apa yang Anda alami saat ini ?Semoga uraian di atas menjadi
inspirasi tersendiri untuk kebaikan kita.