Tanah Jawa dikenal sebagai bumi para
kyai, para santri, para pembelajar ilmu ilmu agama. Bukan hanya masa ini saja,
bahkan sejak masa dulu pun tanah Jawa menjadi pusat pembelajaran ilmu agama di
Nusantara ini. Mulai berdakwah pendatang dari Gujarat maupun arab lalu diiringi
masa wali songo. Semuanya sangat menyentuh tanpa ada kekerasan sedikit pun dari
cara dakwah mereka.
Lebih detail lagi, area Jawa Timur
dan Jawa Tengah menjadi lumbung para santri, para penghafal Al Qur’an, para
pembelajar ilmu ilmu Islam. Banyak sekali pondok pesantren berdiri di sana. Sehingga
banyak sekali melahirkan para penghafal Al Quran, yang memang benar benar hafal
tanpa satu huruf pun tertinggal. Hal itu merupakan kegembiraan tersendiri bagi
orang tua mereka, karena tidak sia sia pengorbanan mereka selama itu bekerja
mati matian untuk membayar beaya pendidikan anak mereka.
Lebih dekat lagi, di kota saya,
yaitu Demak, jelas menjadi kota wali, yang mana banyak pesantrena berdiri,
mengajarkan Al Quran. Ketika saya di luar Demak pun, orang orang bilang,” orang
Jawa Tengah itu kuat kuat hafalannya. Banyak hafidz Quran di situ.”
Di Kota Kudus, berdiri sebuah menara
bersejarah peninggalan sunan Kudus. Lalu beberapa kilometer di sebelah utara
menara Kudus, melewati area perkebunan tebu, berdiri sebuah pondok pesantren
megah. Berdiri memanjang dihiasi masjid khusus para santri. Ponpes itu bernama
Maahid.
Maahid sendiri sudah sangat lama
berdiri. Didirikan pada tahun 1937 oleh KH. Abdul Muid, seorang alumni
Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Setelah lama berdiri, Maahid membuka ponpes
yang dikhususkan untuk pembelajaran agama lebih detail lagi. Jadi bukan hanya
disediakan untuk santri luar kota. Karena tidak sedikit juga santri sekota yang
belajar di situ. Meskipun begitu, tetap saja diatur jadwal pulang walaupun
rumahnya masih satu kota.
Kata Maahid sendiri berasal dari Bahasa
Arab yaitu Isim Jamak ( banyak ) dari kata Mahad. Mahad sendiri artinya
pesantren ( dalam pola pikir Indonesia ). Pada makna aslinya yaitu Sekolah
Tinggi ( Akademi ). Tapi kata Mahad sudah dikenal sebagai pesantren, jadi
memang sudah mengakar dari dulu.
Jadi Maahid pada aslinya berarti
Banyak Perguruan Tinggi. Tapi maksudnya adalah perkumpulan alumni perguruan
tinggi. Jadi pengajar pengajar di situ merupakan perkumpulan alumni perguruan
tinggi yang memang kompeten di bidangnya masing masing.
Ponpes Maahid didirikan oleh Ustadz
Kamal Fauzi, tokoh masyarakat di Kudus. Tahun demi tahun ponpes Maahid terus
berkembang, bahkan pada pertama pertama pembukaan, ponpes Maahid mendapat
santri baru dari Pulau Sulawesi yaitu ternate sebanyak 3 santri.
Pembelajar Al Quran dibuat tidak
main main. Jadi setiap santri wajib keluar dari situ setidaknya membawa
beberapa juz yang ditentukan, bahkan dihadiahi bagi yang hafidz Al Quran. Bukan
hanya itu, cara tahsin disertai ilmu ilmu Al Quran pun tidak kalah penting,
meliputi Ulumul Quran, Ushul Fiqih, Fiqih, dan materi lain.
Dan pasti Nahwu dan Shorof. Di
Kudus, Maahid dikenal juga sebagai tempat belajar kitab gundul ( tidak
berkharakat ). Sudah pasti di situ memiliki kelebihan yang lebih unggul di
banding pendidikan lain, yaitu Ilmu tata Bahasa Arab ( Nahwu dan Shorof )
Bukti dengan dahsyat ilmu tata Bahasa
Arab di sana adalah dengan banyak sekali diterima alumni di sana di Universitas
Timur Tengah dengan beasiswa hasil persaingan. Juga Pendidikan Islam tiada
berbayar di negeri ini yang juga banyak persaingan, yaitu Lipia dan An Nuaimy
Jakarta.